SURABAYA- Kabar kesuksesan Iran melakukan uji coba misil atau rudal jarak jauh saat latihan perang di Selat Hormuz membuat Amerika Serikat (AS) berang. Apalagi, diindikasikan Iran juga akan merealisasikan ancaman untuk menutup Selat Hormuz.
Harga minyak pun menggila. Di Indonesia imbasnya juga bakal segera terasa bila perang benar-benar pecah, harga Bahan Bakar Minyak (BBM) non-subsidi (Pertamax Cs) bisa tembus Rp 15.000/liter (L) kala harga internasional di level 150 dollar AS/barrel (Rp 1.350.000).
"Jika harga minyak mentah sampai 150 dollar/barrel dan rupiah terhadap dolar masih di level Rp 9.000 maka harga Petramax Cs akan berada di kisaran harga Rp 15.000/liter," kata pengamat perminyakan Kurtubi, Senin (2/1).
Sekadar diketahui, Presiden AS, Barack Obama kemarin menandatangani sanksi anti-Iran yang dirilis Kongres negara ini. Tindakan Obama ini membuat ketegangan di Teluk Persia semakin hebat. Tulis Fars News mengutip Wall Street Journal. Menurut sumber ini, langkah yang sebelumnya disepakati Kongres ini juga mencakup perusahaan asing yang memiliki transaksi dengan Bank Sentral Iran.
"Iran bukan negara yang mudah ditaklukkan, pasti negara tersebut akan melawan jika diberi sanksi, salah satunya memblokir Selat Hormuz dimana 20% konsumsi minyak mentah dunia melewati selat tersebut," lanjutnya.
Menurut Direktur Center For Petroleum and Energy Economics Studies ini, tidak hanya harga BBM Non Subsidi saja yang akan jauh melonjak, tetapi subsidi BBM pun akan meningkat pula, dari hitung-hitungan Kurtubi, pemerintah akan mensubsidi BBM sebesar Rp 200 triliun.
"Semuanya akan terdampak besar terhadap isu politik yang merembet keharga minyak dunia. Apalagi isu-isu seperti ini sangat mudah dijadikan dasar untuk menaikan harga minyak mentah dunia, demi keuntungan beberapa pihak semata khususnya negara-negara penghasil sekaligus produsen minyak," ungkap Kurtubi.
Tetapi, walau harga BBM non Subsidi naik dan subsidi BBM membengkak, ada juga sisi keuntungannya dari melonjaknya harga minyak dunia yakni tingginya penerimaan negara dari sektor Minyak dan Gas (Migas)."Kalau minyak dunia naik, negara ada juga diuntungkan, yakni penerimaan dari sektor Migas akan meningkat. tetapi sayangnya produksi minyak Indonesia saat ini sedang anjlok," tukasnya.
Sementara, harga minyak langsung naik hingga lebih dari 1 dollar AS/barrel di bursa New York dan London. Minyak mentah light sweet crude untuk kontrak pengiriman Februari di bursa New York Mercantile Exchange ditutup pada harga 101,34 dollar/barrel atau naik 1,66 dollar.
Di London, minyak mentah Brent naik menjadi 109,27 dollar/barrel atau naik 1,31 dollar dari pekan lalu. Konsultan energi The Schork Group memperkirakan, harga minyak dunia bisa melonjak hingga di atas 140 dollar/barrel apabila Iran benar-benar menutup Selat Hormuz.
"Kami meragukan manuver politik ini akan diwujudkan. Meski demikian, harga minyak akan tetap berada di atas 100 (dolar AS per barel)," ungkap laporan The Schork Group.
Carl Larry, Presiden Oil Outlook, di New York, AS, mengatakan, lonjakan harga minyak yang terjadi jika Iran benar-benar menutup Selat Hormuz akan merusak perekonomian global. "(Selat) itu adalah jalur ekonomi utama. Jika ditutup, akan terjadi dampak besar bagi ekonomi negara-negara Timur Tengah. Yang kedua, Arab Saudi sendiri tak punya cadangan minyak yang cukup untuk mengganti kekurangan suplai minyak dari Iran (jika Iran diembargo)," ujar Larry.ins,dtc
source
No comments:
Post a Comment