Recent Comment

PaidVerts
Photobucket
PaidVerts

Monday, 16 January 2012

Makan Malam Terakhir di Costa Concordia

http://l1.yimg.com/cv/ip/ap/default/120115/392_ap_gregorioborgia_costaconcordia.jpg

CHANDRA's BLOG NEWS -- Christine Hammer, 65 tahun, dan suaminya, Gert, sedang menikmati makanan pembuka. Sepiring cumi, jamur tumbuk, dan salad merupakan menu pembuka makan malam para penumpang kapal pesiar mewah Costa Concordia, 13 Januari malam lalu.

Kapal baru saja berangkat dari Pelabuhan Civitavecchia dekat Roma, Italia. Kapal pesiar sepanjang 50 meter itu memulai pelayaran selama sepekan menuju Barcelona dan Majorca di Spanyol.

Terdapat 4.000 penumpang di kapal itu, di antaranya 1.000 warga Italia, 500 warga Jerman, 150 warga Prancis, dan 1.000 anak buah kapal turut serta dalam pelayaran mengarungi Laut Mediterania tersebut.

Tiba-tiba kapal menghantam sesuatu. Piring, gelas, dan para penumpang terbanting ke lantai kapal. Situasi mendadak gelap karena lampu di dalam kapal mati. Suasana panik pun menguar. Jeritan seorang perempuan yang tengah hamil lima bulan menjadi salah satu pekikan ketakutan ribuan penumpang.

Namun penumpang justru dibuat bingung oleh kru kapal. Selama 45 menit pasca-benturan, kru malah berusaha menenangi situasi. »Mereka berkata tidak ada masalah,” kata Hammer, warga Kota Bonn, Jerman, yang mendapat tiket kapal dari donasi gereja setempat.

Toh, para penumpang yang kerap berpesiar dengan kapal merasakan bahaya mengancam. »Anda sudah menonton film Titanic? Itulah yang kami rasakan,” kata Valerie Ananias, 31 tahun, guru sekolah dari Los Angeles, Amerika. Valerie berlayar bersama orang tua dan saudara perempuannya.

Para korban selamat pun kini terpaksa mengungsi. Sekolah, hotel, dan gereja di Pulau Giglio disesaki pengungsi. Bahkan Wali Kota Giglio, Sergio Ortelli, meminta warganya menampung lebih banyak pengungsi. Sedangkan mereka yang dievakuasi dengan helikopter dibawa ke Pelabuhan Porto Santo Stefano.

Namun kematian sedikitnya tiga penumpang dan 69 lainnya belum ditemukan, membuat para korban marah. »Kami harus berteriak pada kru kapal agar kapal sekoci diturunkan,” kata Mike van Dijk, dari Pretoria, Afrika Selatan. »Ini sangat mengerikan.”

No comments:

Post a Comment

Facebook Comments

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...