Riau, siapa yang tidak mengenalnya. Bila Anda ke berbagai pelosok Provinsi ini, hampir bisa dikatakan ini Provinsi sangat kaya. Minyak Bumi tak habis-habisnya. Sampai sebah perusahaan raksasa minyak membuat jalan raya khusus di provinsi ini. Kayu, jangan bilang sudah habis. Mobil pengangkut kayu masih lalu lalang di kota-kota di Riau. Apa lagi? Tentu saja Perkebunan Kelapa Sawit, yang mengubah keragaman pesona alam Riau menjadi lahan berpetak dengan pemandangan seragam hamaparan lahan sawit. Belum lagi beberapa lahan perusahaan hutan tanaman industri, IUPHHK HA (Izin Usaha Pengusahaan Hasil Hutan Kayu Hutan Alam) dan perusahaan skala besar lain. Riau kaya nian.
Tapi sekarang apa yang terjadi
di Riau? Sudah lebih dua bulan Warga Riau bertahan dalam bekapan asap
dari kebakaran hutan dan lahan. Tumbuhan pun mulai menguning dan layu
karena terlalu lama terpapar oleh asap kebakaran. Warga Riau bertahan
hidup dalam perihnya asap dan sesaknya udara yang beracun. Mereka juga
terjebak disana karena bandara hampir lumpuh. Banyak pesawat membatalkan
penerbangannya.
Dokter Alex Ginting, dokter
spesialis paru-paru dalam tayangan Apa Kabar Indonesia Pagi TVone Kamis
14 Maret 2014 menyatakan bahwa kabut asap di Riau sangat rumit karena
hasil pembakaran biomass. Asap hasil pembakaran biomassa menghasilkan
partikel besar dan kecil. Partikel kecil sangat berbahaya karena masuk
ke saluran pernafasan, sampai bisa menyempitkan saluran pernafasan.
Semakin kecil partikel asap semakin banyak yang bisa mengendap di
Paru-paru.
Lebih lanjut dr. Alex
menyebutkan Dalam waktu panjang akan mengiritasi saluran nafas dan
memberi reaksi radang yang akhirnya bisa engakibatkan batuk melendir.
Bagi masyarakat yang sensitive, seperti penderita asma dan anak kecil
bahayanya akan semakin besar. Bahkan bahayanya akan terus timbul setelah
tidak ada kabut asap.
Rilis berita Kompas.com, kualitas udara di Riau sudahsangat buruk dan perlu dievakuasi.
“Kalau sesuai standar Kementerian Lingkungan
Hidup, semestinya warga yang berada pada daerah kualitas udara buruk itu
sudah harus dievakuasi. Ini yang harus menjadi perhatian dari Satgas
dan pemerintah daerah,” ujar Kepala Sub Bidang Infromasi Pusat
Pengelolaan Ekologi Regional Sumatra Kementerian Lingkungan Hidup, Laura
Paulina, Kamis (13/3/2014). (Baca Kompas.com : Menteri Kehutanan: Masalah Asap, kita “All Out”)
Dua alat deteksi di Kota Pekanbaru menunjukan angka 305 dan 402
Psi (pollutant Standar Index). Angka indeks lebih dari 300 berarti
pencemaran sudah sangat berbahaya bagi manusia, hewan dan tumbuhan.Kondisi yang sama juga terdeteksi di Kabupaten Siak. Tiga alat menunjukkan angka 347, 500, dan 464 Psi. Di Kabupaten Bengkalis, polusi asap juga berada di level berbahaya. Indeks pencemaran di dua alat milik PT Chevron Pacific Indonesia di daerah Duri menunjukan angka 450 dan 500. Sementara itu, indeks pencemaran di Kota Dumai menunjukan angka 183 atau dalam ambang batas level “Sangat Tidak Sehat”.
Data Satgas Tanggap Darurat Asap Riau menunjukkan selama Februari hingga pertengahan Maret ini lebih dari 51.600 warga sakit akibat polusi asap.
Hingga pagi ini, banyak warga
Riau yang bersuara melalui jejaring sosial tentang kondisi yang bertahan
dalam kepungan kabut asap. Media Jawa Pos menyebut bahwa Riau seperti
Sauna Raksasa, karena warga bermandi asap dimana-mana. Beberapa gambar
yang diunggah menyebutkan sebagian lokasi sudah akan menghilang dalam
pandangan mata warga Riau.
Sampai saat ini Riau belum
mendapat perhatian dari pemerintah pusat. Kekesalam warga Riau sampai
terungkap dalam bentuk Surat Riau untuk Indonesia yag banyak disebar
oleh warga di dunia maya. Sejak pagi tadi hastag #PrayforRiau dan
#SaveRiau sudah menjadu Trending Topic di twitterland. Sementara
pemerintah dipandang warga Riau belum belum terlihat serius menangani
bencana kabut asap dari kebakaran hutan dan lahan ini. Berikut suara
sebagaian warga tentang Kabut asap di Riau di hastag #PrayForRiau
Meell @ameellvictoria 12m : Lihat ini pak, kabut asap semakin parah RT”@SBYudhoyono #PrayForRIAU #PrayForPKU
#PrayforRiau #repath (with Rani) [pic] — https://path.com/p/2UvBnm
Akankah pemerintah pusat
membiarkan Riau dan daerah sekitarnya menghilang dari pandangan karena
sibuk dengan agenda lain. Jutaan warga Riau menunggu Presidennya untuk
menjalankan wewenangnya sebagai pemimpin rakyat Indonesia.
Pak SBY, warga Riau menunggu
Anda. Mereka rakyat Indonesia. Riau nan kaya jangan sampai menghilang
dalam pandangan Anda dan kita.
Mari kita berdoa untuk saudara kita di Riau dan sekitarnya yang berjuang bertahan hidup dalam bencana.
#PrayForRiau PrayForIndonesia
No comments:
Post a Comment