Recent Comment
Saturday 18 September 2010
Tut, tut... Signal Presiden Putus Saat Komunikasi
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono marah besar kepada Direktur Utama PT Telkom Tbk dan Direktur Utama PT Telkomsel. SBY merasa kecewa karena saat berbicara tatap muka jarak jauh (telekonferensi) dengan Kapolda Jawa Tengah Irjen Edward Aritonang, Jumat (17/9), tiba-tiba sinyal terputus. Siang itu, Presiden sedang telekonference di Pos Pengamanan Lebaran, Cikopo, Purwakarta, Jawa Barat, saat memantau arus balik lebaran. Saat telekonferensi dengan Edward Aritonang, sinyal komunikasi terganggu dan tiba-tiba putus. Arahan Presiden pun tidak dapat lagi didengar Kapolda.
Atas ketidakberesan layanan telekonferensi, Presiden meminta Dirut Telkom Rinaldi Firmansyah dan Direktur Utama Telkomsel Sarwoto Atmosutarno untuk bertanggungjawab. "Tolong, di sini ada petugas Telkomsel tidak? Apa yang terjadi ini? Ini dari tadi hidup, kok sekarang malah mati. Saya mau tanya Dirut Telkom dan Dirut Telkomsel pernah mengecek tidak? Tidak pernah?" ujar Presiden SBY dengan nada meninggi.
"Seskab sampaikan ke Dirut Telkom dan Telkomsel harus turun ke lapangan, jangan di belakang meja saja. Sekarang juga. pastikan sistem bekerja dengan baik," tegas Presiden.
Setelah sempat terganggu, Presiden kembali meneruskan telekonferensi tersebut. Presiden mengucapkan terima kasih kepada aparat kepolisian yang telah melakukan pengamanan selama arus mudik dan Lebaran.
Pengamat telekomunikasi menganggap putusnya hubungan telekonferensi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan Kapolda Jateng belum tentu kesalahan pihak operator telekomunikasi.
Selama ini operator telekomunikasi memiliki beberapa layanan, voice, SMS dan data. Jaringan datalah yang dibutuhkan untuk melayani panggilan video/teleconference. "Mestinya, kalau ada order khusus, penyedia layanan telekomunikasi harus mempersiapkan jaringan datanya dengan matang. Namun ada beberapa hal yang memang perlu ditelaah lagi saat panggilan tersebut dilakukan," ujar pengamat Telekomunikasi Heru Sutadi.
Hal pertama adalah posisi dan kondisi perangkat pendukung, baik televisi untuk menampilkan gambar maupun perangkat penerima, selain itu adalah kondisi BTS di sekitar. Belum lagi masalah listrik dan CCTV yang digunakan.
Heru mengatakan seharusnya SBY tidak serta-merta menyalahkan operator telekomunikasi. "Tidak serta-merta menyalahkan jaringan yang jelek. Bisa saja CCTV-nya yang mati karena listrik mati. Kalau demikian, bukan sepenuhnya kesalahan operator," tandas Heru.
Hal serupa juga dikatakan oleh Deputy VP Corporate Secretary Telkomsel Aulia Ersyah Marinto.Aulia mengatakan jika yang mati adalah CCTV peralatan pemantauan trafik lebaran milik Ditjen Lalu Lintas (Ditlantas). "Layanan CCTV tersebut tidak menggunakan jaringan Telkomsel. Jadi mungkin ada yang terpleset lidah menyampaikan informasi bahwa layanan yang tidak berfungsi itu berasal dari Telkomsel," ujar Aulia.
Heru mengatakan jika seharusnya secepatnya mempublikasikan kronologis kejadian saat telekonferensi berlangsung. Putusnya sambungan telekonferensi SBY dengan Kapolda Jawa Tengah siang tadi mengenai mudik Lebaran diduga karena ada unsur sabotase. Aparat berwenang diminta mengusut tuntas insiden itu.
Menteri BUMN Mustafa Abubakar ikut marahi Direktur Utama PT Telkom Tbk dan Dirut Telkomsel yang dinilai tidak becus karena CCTV pemantau arus balik mati saat Presiden SBY melakukan sidak di lapangan. "Saya perintahkan langsung Telkom dan Telkomsel menidaklanjuti permintaan Bapak Presiden. Saya minta mereka (Dirut Telkom dan Telkomsel) untuk lapor kejadian itu. Tentu sangat kita prihatinkan, apalagi waktu Presiden sedang melakukan sidak lapangan seperti itu. Dapat terganggu," tandas Mustafa di kantornya, Jalan Medan Merdeka Selatan, kemarin.
Mustafa mengatakan, dirinya sudah meminta laporan langsung kepada Direktur Utama Telkom Rinaldi Firmansyah soal kejadian tersebut. "Yang jelas saya concern tentang hal itu dan siap menindaklanjuti perintah Presiden. Supaya Telkom dan Telkomsel menemukan di mana letak gangguannya," katanya.
Kemarin sore Mustafa langsung memanggil Dirut Telkom dan Telkomsel ke kantornya untuk memberikan laporan tentang kesalahan yang telah dilakukannya. Serta meminta tanggung jawab direksi atas kejadian tersebut.
Rinaldi Firmansyah dan Sarwoto Atmosutarno yang datang menghadap Menteri BUMN Mustafa Abubakar pukul 17.05 WIB terlihat tersenyum. Saat keluar ruangan pun keduanya tersenyum. Sarwoto mengatakan jaringan CCTV yang digunakan SBY tidak bekerja karena tidak memakai layanan 3G Telkomsel. "Jadi sinyal putus karena tidak pakai 3G. Yang penting saat ini kita harus menjalin komunikasi yang baik antara polisi dengan dinas perhubungan sehingga memperlancar arus balik," kata Sarwoto. (tribunnews/aco)
Pertanda Bakal Dicopot
PENGAMAT telematika, Roy Suryo berpendapat kejadian terputusnya telekonferensi Presiden SBY dengan Kapolda Jateng Irjen Edward Aritonang, Jumat (17/9) dapat berpotensi menimbulkan dugaan-dugaan sabotase.
"Kalau orang nomor satu (Presiden) saja jaringan telekomunikasi bisa ada gangguan, apalagi rakyat seperti kita-kita ini. Artinya penyelenggara jaringan -terutama BUMN dan BUMD- terbukti belum maksimal menyediakan fasilitasnya secara baik untuk masyarakat," kata Roy, yang kini Anggota Komisi I DPR RI membawahi bidang Komunikasi dan Informasi (Kominfo), Intelijen, dan Pertahanan serta Hubungan Luar Negeri.
Roy sengaja menunggu 1 hingga 3 hari kedepan untuk melihat "apa dan bagaimana" sebenarnya yang terjadi, termasuk klarifikasi dari Telkom-Telkomsel. "Baru (saya) ambil sikap," kata Roy, politisi Partai Demokrat.
Soal tidak bisa 100 persen diandalkan seperti penjelasan sementara ini memang benar, tetapi tidak selayaknya terjadi justru saat digunakan Presiden. "Ini sangat ironis," tutur Roy.
Ketua Umum Forum Serikat Pekerja BUMN Bersatu, Arief Poyuono juga menduga Presiden SBY disabotase. "Itu patut dicurigai ada unsur sabotase. Ini Presiden loh yang ngadakan teleconference. Kalau di AS (Amerika Serikat) ada kejadian seperti ini pasti akan diusut tuntas penyebabnya," kata Arief.
Menurut Arief, ada keanehan dalam insiden itu. Pasalnya acara itu yang dia dengar sudah dipersiapkan lama dan matang namun di tengah acara terjadi insiden. "Bisa saja dilakukan oleh oknum yang tidak suka dengan Presiden," tutur Arief.
Dia mengatakan harus ada pihak yang bertanggungjawab dalam insiden ini karena dikategorikan sebagai kesalahan besar apalagi menimpa seorang Presiden. "Dan sebuah kecorohan sehingga tidak bisa ditolerir. Sebagai perusahaan besar, Telkom tidak layak seperti itu. Ini menunjukkan Telkom kurang profesional," kata Arief.
Arief Poyuono mengatakan, amarah SBY terhadap Rinaldi Firmansyah dan Sarwoto Atmosutarno merupakan petanda kedua petinggi operator telepon di Indonesia itu akan dicopot dari jabatannya. "Saya pikir omelan Presiden itu tidak biasanya dan merupakan awal untuk mencopot keduanya. Saya mendukung pencopotan itu karena kejadian seperti itu sangat fatal," kata Arief.
sumber: http://tribunmanado.co.id/read/artikel/8144
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment