Recent Comment

PaidVerts
Photobucket
PaidVerts

Friday, 22 January 2010

SEJARAH LANGOWAN

Wilayah Langowan adalah satu satu budaya Malesung / Minaesa / Minahasa, tanpa harus meninggalkan momentum hasil musyawarah mufakat peninggalan leluhur yang dilakukan Tonaas-Walak Pakasaan dengan kesatuan sikap dan bahasa yang komunikatif telah melahirkan persatuan dan integritas guna menjawab tantangan kemandirian di era Otonomi Daerah sebagai kebijakan pemerintah yang dipayungi oleh UUD 1945, UU no.22 dan UU no.25 tahun 1999.

Berbekal kuatnya kultur budaya Mapalus, dan adat istiadat masyarakat Langowan yang didalamnya terdapat semangat Gotong Royong dalam ikatan filosofi MAMALEOSAN-MAMANTAWANGAN-MAUPUSAN CITA WAYA, sebagai pemahaman dari makna kesatuan sebagaimana ikrar yang dilakukan kurang lebih 670 tahun lalu diatas Watu Pinabetengan yang kemudian menghadirkan Minahasa dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.



Asal nama "Langowan"

Dahulu tepat di tengah Langowan yang sekarang berdiri gedung gereja GMIM Schwarz Sentrum Langowan, ada tempat berkumpul orang Langowan untuk mengadakan upacara keagamaan alifuru yang dianut sebagian besar orang Langowan pada masa itu. Di tempat upacara keagamaan tersebut terdapat sebuah pohon besar yang dalam bahasa Tountemboan disebut Wates yang daunnya lebat dan pada batangnya terdapat lobang besar yang dalam bahasa Toutemboan disebut rangow.Pohon ini dianggap keramat sebab ditempat ini menjadi tempat pasoringan (dari asal kata soringan yang berarti alat bunyi yang dibuat dari bambu yang diberi lobang dan jika ditutup analog dengan bunyi Wala/burung Manguni). Jadi pasoringan berarti tempat memanggil dan mendengarkan bunyi burung Wala oleh Walian dan Tonaas (pemimpin-pemimpin pemerintahan.

Pada waktu itu daerah Langowan belum memiliki nama yang spesifik, dan berawal dari penginjilan Johann Gottlieb Schwarz-lah nama "Langowan" pertama kali di gunakan. Karena bagi orang Eropa seperti Schwarz adalah sulit bagi lidahnya untuk mengucapkan kata "rangow", dan huruf "R" yang diucapkannya menjadi huruf "L" sehingga "rangow" menjadi "Langow". Sehingga jadilah "Langowan" disahkan menjadi nama daerah Langowan hingga sekarang.



Pemekaran Wilayah Langowan


Seiring dengan percepatan pembangunan oleh pemerintah pusat, pemekaran Wilayah pemerintahan Langowan dimulai dengan imekarkannya Kecamatan Langowan menjadi Langowan Barat dan Timur pada tahun 2003. Kala itu, Kecamatan Langowan dengan 28 wilay
ah pemerintahan desa, dikepalai oleh Camat, Drs PD Sumampouw. Dimekarkan berdasarkan aspirasi masyarakat Langowan, saat pemerintahan Bupati Minahasa, Dolvie Tanor (almarhum).

Pendekatan pelayanan pemerintah kepada masyarakat ini nampaknya memberikan kontribusi yang besar bagi laju perekonomian
wilayah Langowan, sehingga memunculkan aspirasi masyarakat berikutnya, yakni wacana pemekaran Kecamatan Langowan Barat dan Timur, bertambah satu Kecamatan, Langowan Selatan setahun kemudian, 2004 .

Jumlah desa pun dibagi sesuai dengan aturan administrasi yang ada, yakni Kecamatan Langowan Timur terdiri dari Tempang, Toraget, Karumenga, Waleure, Wolaang, Amongena 1 dan 2, Sumarayar, Karondoran dan Teep. Kecamatan Langowan Barat terdiri dari Walantakan, Taraitak, Tumaratas, Raringis, Ampreng, Noongan, Walewangko, Koyawas Lowian, Paslaten, Tounelet, dan Kopiwangker.

Kecamatan Langowan Selatan terdiri dari Desa Winebetan, Manembo, Kaayuran Atas, Atep, Palamba, Temboan dan Rumbia. Pemekaran Kecamatan ini nampaknya menimbulkan kembali semangat pemekaran masyarakat, untuk menjadi daerah otonomi Kota Langowan beberapa tahun sebelumnya, apalagi ditunjang dengan otonomi daerah oleh pemerintah pusat.

Selang waktu berganti, pemekaran Kecamatan Langowan Utara pun dibeber hingga peresmiannya dilakukan pada tahun 2008, kala Bupati Minahasa S Vreeke Runtu merestui pembentukan Kecamatan Langowan Utara, diikuti dengan komitmen Pemerintah Kabupaten Minahasa, untuk menindaklanjuti pembentukan Kota Langowan melalui panitia yang dibentuk.

Namun sebelumnya, pemekaran desa pun dilakukan baik di Kecamatan Langowan Timur, Barat dan Selatan, hingga kini berjumlah 37 Desa, hingga sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 78 tahun 2007 tentang Tata Cara Pembentukan, Penghapusan dan Penggabungan daerah. Hal ini pun menjadi syarat dalam pembentukan sebuah daerah Otonomi yang baru, yakni pembentukan sebuah Kota haruslah memilii 4 Kecamatan. (***)



Kecamatan Langowan Timur

Teep, Karondoran, Waleure, Sumarayar, Amongena I, Amongena II dan Wolaang



Kecamatan Langowan Barat

Koyawas, Walewangko, Noongan, Raringis, Ampreng, Tumaratas, Paslaten, Lowian, Tounelet, Kopiwangker, Noongan Dua, Noongan Tiga, Tumaratas Dua dan Raranon.



Kecamatan Langowan Selatan

Rumbia, Temboan, Palamba, Atep, Manembo, Winebetan, Kaayuran Atas, Kaayuran Bawah, Kawatak



Kecamatan Langowan Utara

Walantakan, Taraitak, Karumenga, Toraget, Tempang Satu, Tempang Dua dan Tempang Tiga





 Arti Desa di Langowan Sebelum Pemekaran


 



Pejabat Pemerintahan di Langowan



1828 Rambijan, Robot, Tunbaijan & Tawaijan menjadi Walak (Kepala Tonas-Tonaas) Langowan

1829 – 1841 Fiskal Irot (Hukum Besar)

1841 – 1847 A. Tendap Saerang (Hukum Besar)

1848 Bastian S. Sigar (Hukum Besar)

1852 – 1861 N. Pandeirot, P. Kumolontang kemudian L.A. Sigar (Hukum Besar)

1870 – 1884 L.A. Sigar (Hukum Besar)

1884 – 1891 N. Pandeirot (Hukum Besar)

1891 – 1903 Majoor Nicholaas Mogot (Hukum Besar)

1904 – 1911 Majoor Evert Gradus Mogot (Hukum Besar)

1912 – 1919 A.W. Ingkiriwang (Hukum Besar)

1919 – 1922 Langowan oleh pemerintah kolonial dijadikan distrik kemudian titik awal Hukum Tua dipilih dan Pemimpin Wilayah Langowan disebut Camat.

1923 – 1926 AHJ Wakari

1926 – 1930 P Pandeirot

1930 – 1935 W. Momuat

1935 – 1937 R.C. Lasut

1937 – 1940 G.R.A. Wenas

1940 – 1943 N. Mogot

1943 – 1946 B.W. Lapian

1946 – 1949 A.R. Warouw

1949 – 1951 H.F. Lumanauw

1951 – 1953 A. Wenas

1953 – 1954 A. Tambajong

1954 – 1955 M.H.W. Dotulong

1956 P. Kumolontang

1957 P.V. Kembuan

1957 – 1958 H.D.N. Massie

1958 – 1959 J.A. Monintja

1960 – 1962 R.C. Assa

1962 – 1966 A.J. Malonda

1966 – 1967 W. Tumengkol BA.

1967 – 1970 N.J. Rumengan

1970 – 1977 H.D.N. Massie

1977 – 1983 J.F. Lalujan

1983 – 1987 F. Mangundap BA

1987 – 1990 Drs. F.H. Tampi

1990 – 1993 Drs. Pieter Besouw

1993 – 1996 Drs. S.E. Tambajong

1996 – 1999 Drs. S.W.Z. Poluan

1999 – 2001 Drs. Johan Watti

2001 – 2003 Drs. P.D. Sumampow



LANGOWAN SETELAH PEMEKARAN

LANGOWAN TIMUR

2003 – 2006 Drs. F.M. Maindoka

2006 – SEKARANG Drs Denny Ch Waworuntu



LANGOWAN BARAT

2003 – 2004 Drs Alex Slat

2004 – 2005 Elvis Mingkid

2005 – 2006 Dra Feibe Rondonuwu

2006 – SEKARANG Ir Landy Elfandy Aruperes



LANGOWAN SELATAN

2004 – 2005 Freddy Kumolontang BA

2005 – SEKARANG Rully Momor Ssos



LANGOWAN UTARA

2008 – SEKARANG Ir Annita M Rorong MAP

No comments:

Post a Comment

Facebook Comments

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...